Minggu, 05 Oktober 2014

Tugas softskill etika bisnis (adat istiadat)



Tedhak Siten atau Turun Tanah adalah suatu prosesi untuk menandakan anak saatnya mulai belajar berdiri dan berjalan, biasanya diadakan ketika anak telah berusia 7 bulan ke-atas. Menurut hitungan Jawa, usia satu bulan bayi adalah 35 hari jadi perhitungannya 35 X 7 atau 245 hari dalam hal ini biasanya praktek acara Turun Tanah adalah dari anak usia 7 hingga 8 bulan. Jadi merupakan prosesi bersyukur kepada Tuhan sebab anak telah tumbuh dan berkembang hingga saatnya belajar berdiri dan berjalan. Di usia ini biasanya anak secara perkembangan mulai belajar berdiri dan berjalan meskipun masih perlu dititah atau masih dituntun dan dibimbing kita orang dewasa, mulai diperkenalkan tanah sebagai tempat dia berpijak dihari kemudian. Berikut ini adalah rangkaian acara Tedhak Siten serta hal-hal apa saja yang mendukung jalannya acara serta sedikit pengertian tentang makna dan arti dari prosesi serta kelengkapannya.
Ø  Anak dituntun menginjak tanah kemudian kakinya dibasuh dengan air bersih artinya adalah telah waktunya anak untuk belajar berdiri dan berjalan serta mengenal tanah sebagai pijakan.
Ø  Kemudian anak dituntun untuk menginjak “jadah” atau “tetel” sebanyak 7 warna yang artinya anak diharapkan mampu untuk mengatasi segala masalah dan kesulitannya, demikian urutan warnanya merah = berani; putih = suci; jingga = matahari, kekuatan; kuning = terang, jalan lurus; hijau = alam, lingkungan; biru = angkasa, ketenangan; ungu = kesempurnaan, utuh.
Ø  Lalu anak dituntun menaiki tangga tebu “ireng” atau tebu “arjuna” yang terdiri dari 7 anak tangga kemudian dibopong oleh ayah setinggi-tingginya artinya diharapkan kesuksesan sang anak makin tinggi dan makin naik.
Ø  Anak setelah itu dimasukan ke dalam kurungan ayam yang berarti anak diharapkan tidak meninggalkan agama - adat budaya - serta tata krama lingkungan ==> dalam kurungan telah diberikan macam2 isian yang akan dipilih oleh anak, karenanya barang-barang yang disiapkan bermakna bagus dan baik seperti buku - pensil - emas - kapas - wayang - mainan dokter - mainan elektronik dsb.
Ø  Kemudian anak dimandikan air bunga, mawar - melati - kanthil - kenanga yang artinya diharapkan sang anak membawa nama baik dan mengharumkan nama keluarga.
Ø  Kemudian memotong tumpeng dan dibagikan, artinya anak agar mau berbagi dengan sesama, tumpeng terdiri dari nasi = dekat kepada sang pencipta; ayam = kemandirian; kacang panjang = umur panjang; kangkung = berkembang; kecambah = subur; kluwih = rejeki yang melimpah serta pala pendem = andap asor dan tidak sombong.
Ø  Lalu menyebarkan uang logam recehan dan beras kuning untuk diperebutkan, artinya anak kelak suka menolong dan dermawan, ikhlas suka berbagi mau membantu orang lain.
Ø  Selain tumpeng, dipersiapkan pula “bubur” atau “jenang merah-putih” yang artinya anak terdiri dari darah-daging dan tulang yang berasal dari kedua orang tua-nya serta jajanan pasar seperti lopis - cenil - ketan ireng - tape ketan - jagung blendung - tiwul - gatot dan semacamnya yang berarti dalam kehidupan pasti akan ada warna-warni serta bermacam kejadian dan peristiwa.


Analisis
 Dulu waktu saya kecil saya pernah menghadiri acara tedak siten di kampong saya, saya berasal dari Solo, ingatan sayapun tentang acara ini juga samar-samar karena saya masih cukup kecil waktu itu. Saya ingat saat itu sangat ramai, orang-orang berkumpul, ibu-ibu berpakaian rapi dan beberapa orang menenteng kamera, saya tidak tau ada acara apa saat itu tapi saya sangat ingat sekali, saya menonton anak kecil yang di tatah naik tangga lalu menginjak piring yang berisi ketan warna-warni, lalu si anak itu ditaruh di dalam kurungan ayam yang berisi barang-barang, ntah itu mainan atau uang, sayapun tak ingat barang apa yang diambil si bocah. Setelah saya besar saya baru tau bahwa perayaan itu disebut tedak siten.  Awalnya saya cukup bingung dengan tugas ini karena kita disuruh untuk menulis perbedaan sebuat perayaan yang dilakukan di ibukota  dan di daerah asli asalnya, menurut saya tidak ada perbendaan dalam acara turun tanah di ibukota maupun di kampung saya dulu, inti dari perayaan ini adalah rasa syukur atas anak yang telah berkembang dan tumbuh dengan sehat, jadi walaupun ada tata cara yang kurang atau dilebihkan dalam acara ini tentu bukan masalah, yang penting adalah bahwa intinya sama saja. Jika di daerah asal saya di solo tedak siten biasanya diadakan dan di urus oleh keluarga si anak yang akan turun tanah, namun karena zaman sudah berkembang maka keluarga-keluarga sekarang tidak perlu repot-repot mengurus ini dan itu, atau mebuat ini dan itu untuk acara tedak siten. Sekarang sudah banyak event organizer yang mengurus acara-acara tedak siten sehingga keluarga tidak perlu repot-repot mengurus acara ini. Bagi saya hanya itu perbendaannya yaitu di urus keluarga secara langsung dan memakai jasa event organizer, namun inti dari perayaan ini tetap sama.

Sabtu, 07 Juni 2014

Tentang Kampus H Gunadarma



Setiap hal pasti ada kelebihan dan kekurangannya, begitu juga kampus yang saya pilih untuk menimba ilmu. Kampus Gunadarma ada kelebihan dan kekurangannya juga. Begitu banyak kekurangan dari kampus ini tapi saya juga tidak lupa menjabarkan kelbihannya. Kelebihan dari kampus Gunadarma adalah gedung Kampus H yang menurut saya sangat cantik dan asri, saya selalu suka setiap kali dating ke gedung kampus H karena landscapenya yang indah dan asri. Akan sangat menyenangkan sekali kalau setiap kampus Gunadarma memiliki pemandangan seperti kampus H, pasti suasana kuliah lebih menyenangkan. Menurut saya bangunan kampus H sangat unik karena terletak seperti di dalam bukit yang sudah di gali. Pemandangan samping kampus adalah pohon-pohon yang membuat mata sejuk. Selain itu letak ruangan-ruangan juga aneh karena jika kita masuk kita akan berada langsung di lantai 3 bukan lantai 1 seperti kebanyakan ruangan. Setiap ruangan diberi warna berbeda seperti contohnya ruang perpustakaan yang diberi warna ungu dimana yang menurut saya sangat cute. Kebersihan kampus ini juga cukup terjaga walaupun toiletnya berbau tidak sedap. Tapi selain dari itu penampilan kampus H cukup memuaskan.

Tentang Kampus E Gunadarma

Kampus E Universitas Gunadarma  yang terletak di Jl. Akses UI Kelapa Dua adalah kampus yang paling sering saya datangi, Karena hampir setiap hari kelas yang saya hadiri ada di situ. Hampir di setiap lantai dan lorong gedung kampus telah ditempel peringatan bahwa dilarang merokok, tapi dari saya kuliah di kampus gunadarma mulai dari semester satu sampai sekarang semester enam sepertinya tulisan peringatan itu kurang efektif. Untuk saya yang bukan perokok hal tersebut cukup mengganggu. Saya selalu berpikir orang yang merokok di tempat yang jelas-jelas sudah ditulisi “dilarang merokok” adalah super bodoh yang seharusnya tidak layak jadi mahasiswa…ntah juga mereka tidak bias bac, tapi tentu tidak mungkin mereka tidak bias baca. Menurut saya sebaiknya pihak kampus berpartisipasi dalam mengurangi perokok yang merokok di area terlarang. Partisipasi yang dilakukan dapat berupa mengenakan denda pada para perokok atau membangun tempat khusus merokok di areal kampus. Kedua saya heran kenapa di Gunadarma memakan waktu yang cukup lama untuk UTS dan UAS, kadang bisa memakan waktu sebulan yang seharusnya bisa saja hanya memakan waktu seminggu. 

Tentang Kampus D Gunadarma

Universitas Gunadarma merupakan kampus yang cukup besar. Kampus Gunadarma banyak terdapat di daerah jabodetabek. Orang-orang cukup mengenal kampus ini karena memiliki kuota untuk mahasiswa baru yang cukup banyak, selain itu akreditasi Universitas Gunadarma juga sudah terakreditasi  A. Di Depok sendiri terdapat empat kampus Gunadarma yang pertama adalah kampus D yang terletak di daerah Margonda sedangkan Kampus H, E, dan G terletak di Kelapa Dua. Pertama saya akan membahas Kampus D yang terletak di jalan Margonda.
Pertama yang saya ingin kritik adalah toilet kampus yang kotor, bau, dan tidak ada air karena bak airnya bocor  malah kadang pintunya tidak bisa dikunci. Menurut saya untuk ukuran kampus yang terkenal seperti Gunadarma seharusnya memiliki toilet yang bersih, toilet di kampus D jelas karena tidak dirawat oleh bagian perawatan dengan baik sehingga mahasiswa yang menggunakan pun engga untuk berpartisipasi untuk menjaga kebersihan toilet yang memang tidak terawat. Saran saya untuk masalah ini sebaiknya kampus memperhatikan kondisi toilet, walaupun keliatannya toilet bukan bagian yang mencolok dari sebuah kampus menurut saya sudah seharusnya kampus member perhatian kusus pada bagian kebersihan toilet mahasiswa. Dengan adanya toilet yang bersih terawat saya rasa mahasiswa yang menggunakan pun akan merasa nyaman dalam menggunakan toilet sehingga kita sebagai mahasiswa mau ikut merawat dan menjaga kebersihan toilet.
Kedua saya ingin mengkritik pendingin ruangan yang suka tidak berfungsi dengan baik di ruang kelas, khususnya di gedung 0. Seringkali saya ada kelas di gedung 0 ruangannya sangat pengap dan panas, hal tersebut tidak kondusif untuk belajar karena kelas sering kali diadakan pada siang hari. Ketiga saya cukup kecewa dengan fasilitas mukena yang terdapat di masjid Kampus D yang kotor dan bau. Saran saya sebaiknya ada bagian yang mengurus untuk membawa mukena-mukena tersebut ke binatu, biaya yang muncul dapat diatasi dengan patungan sukarela yang ditarik dari mahasiswi yang solat.

Kamis, 17 April 2014

Sweet Responsibility



Pada suatu siang saya yang biasanya, saya pulang kampus dengan  menggunakan kereta Commuterline sendiri karena tidak ada teman sekelas saya yang satu arah. Siang itu sangat panas dan kering, dalam hati saya berharap bertemu salah seorang teman saya agar tidak terlalu bosan berdiam di kereta, sayangnya harapan saya tidak terjadi. Sesampainya di stasiun UI saya menunggu kereta yang 10 menit kemudian datang kereta jurusan Tanah Abang yang akan saya naiki. Suasana kereta saat siang hari selalu penuh walaupun tidak sesak, dan AC yang sering mati untungnya tidak terjadi siang itu sehingga suasan di dalam gerbong cukup sejuk. Saya berdiri karena tidak ada kursi yang kosong. Saat hampir sampai Stasiun Pasar Minggu ada seorang ibu-ibu yang duduk di depan saya akan turun, melihat ada kesempatan duduk saya cukup senang karena tidak harus berdiri lebih lama lagi, tapi disebelah saya ada seorang ibu, jadilah saya mempersilahkan ibu tersebut untuk duduk. Sesampainya di Stasiun Pasar Minggu saya yang waktu itu menghadap ke jendela melihat sahabat saya hendak menyebrang untuk menaiki kreta yang sama dengan yang saya naiki. Melihat saya akan bertemu dengan sahabat saya sejak SMA tersebut saya sangat senang, karena tidak setiap hari saya bisa pulang bareng dia. Saya tidak menyesal karena memberikan kursi saya pada ibu-ibu yang disebelah saya tadi, karena kalo saya tidak memberikannya, bagaimana saya tau kalau saya akan segerbong dengat sahabat saya.
Bagi saya arti seorang sahabat itu sangat penting. Setelah keluarga sahabat adalah orang yang paling dekat dengan kita. Menurut saya sangat menyedihkan jika ada orang yang tidak punya sahabat, karena dia tidak punya orang yang dapat dipercaya untuk berbagi rahasia dan perasaannya. Arti seorang teman berbeda dengan sahabat menurut saya. Teman biasanya selalu berkata yang baik-baik walaupun sebenarnya itu tidak baik untuk kita, tapi seorang sahabat akan dengan tegas berkata tidak untuk sesuatu yang memang tidak sesuai dengan kita. Sahabat tau segalanya tentang kita. Mereka ingat film, warna, dan segalanya tentang kita. Mereka tau saat kita punya hari yang buruk hanya dari cara bicara kita di SMS dan tau bagaimana menghibur kita. Bagi saya memiliki sahabat adalah pengalaman yang paling manis dan berarti. Saya hanya tidak bisa membayangkan bagaimana hidup tanpa sahabat-sahabat saya. Kalau kata Khalil Gibran “Friendship is always a sweet responsibility, never an opportunity”. Yeah, they are my sweet responsibility.


Keluarga Rame



Keluarga adalah institusi pendidikan pertama yang dimasuki oleh anak. Sebelum kita berpartisipasi dengan dunia luar, keluarga lah yang mempersiapkan kita atas apa yang kemungkinan akan terjadi. Keluarga kecil saya terdiri dari tiga orang sekarang, karena bapak saya sudah tidak ada semenjak saya SD, sungguh kebetulan yang sangat tidak menyenangkan saat Tsunami Aceh terjadi bapak saya sedang berada di ujung Pulau Sumatra tersebut. Sekarang hanya tinggal mamah, kakak saya Ega, dan saya Rara. Walaupun kami hanya bertiga kami tidak merasa kesepian karena kita melengkapi satu sama lain. Saya tinggal tidak jauh dari rumah Eyang saya, dirumah eyang saya tersebut tinggal tiga orang tante, dan tiga orang sepupu saya. Sebenarnya sepupu saya ada banyak, hanya saja sekarang kami tidak tidak tinggal berdekatan seperti dulu. Waktu acara keluarga adalah saat yang paling menyenangkan karena semua Oom dan tante saya berkumpul begitu juga dengan sepupu saya yang berjumlah belasan orang, rumah eyang saya akan sangat ramai dengan cerita-cerita seru, canda dan tingkah jahil beberapa orang yang membuat tertawa ataupun jengkel. Acara yang wajib pasti adalah sesi foto-foto, momen ini lebih riuh daripada saat mengnatre mengambil makanan. Semua orang berebut agar wajah mereka ikut tertangkap lensa kamera. Senyum lebar, muka meringis, pose jelek, dan napas tertahan saat gambar diambil, bahkan kadang protes karena yang memegang kamera terlalu lama menekan tombol shutter, kata-kata seperti “ Woy..buruan dong, kering gigi gue nyengir mulu “ yang diamini oleh sepupu-sepupu yang sudah mematung tapi tak kunjung di foto, dan malah dibalas dengan cengiran oleh sang fotografer gadungan. Moment keluarga seperti inilah yang selalu menjadi favorit saya, momen yang membuat rindu karena tidak setiap hari kita bertemu. Keluarga sangat berarti bagi saya, karena kemanapun saya pergi saya akan selalu rindu rumah, rindu keluarga saya. Being a family means you are a part of something very wonderful. It means you will love and be loved for the rest of your life, dan ya, kutipan tersebut merupakan ungkapan yang tepat tentang arti keluarga, untuk saya.

Baca, saya suka Membaca



Hallo.. nama saya Mutiara tapi teman-teman biasa panggil saya Rara. Hobby saya baca buku, khususnya yang bergenre petualangan dan romance. Saya rasa anda sering atau pernah melihat gambar-gambar yang berisi kutipan “Book hangover: Inability to start a new book because you’re still living in the last book’s world” , untuk saya kutipan ini benar-benar pernah terjadi. Buku yang paling berkesan menurut saya adalah seri Harry Potter, JK Rowling benar-benar sangat hebat dalam meceritakan kisah Harry dan teman-temannya, setiap detail, waktu, dan tempat benar-benar memukau saya yang waktu itu masih duduk di bangku SMA (iya ,saya telat baru baca bukunya setelah filmnya keluar). Walaupun saya sudah menonton film sebelum membaca bukunya, saya tetap penasaran akan jalan cerita kisah-kisah Harry potter, detail ceritanya sangat memanjakan imajinasi saya, sampai-sampai saat saya tidur, saya memimpikan adegan-adegan yang ada di buku. Setelah serial Harry Potter, saya juga membaca novel-novel yang sudah di filmkan seperti tetralogi The Hunger Games contohnya, menurut saya film selalu lebih sedikit berbeda dengan bukunya, untuk orang yang hoby membaca buku seperti saya, buku akan selalu lebih seru dibanding filmnya. Untuk cerita-cerita fiksi petualangan yang paling saya suka sampai saat ini memang masih JK Rowling, dia benar-benar hebat dalam bercerita, dan saya sangat suka dengan setiap detail yang dia ceritakan, walaupun saya juga menyukai serial The Hunger Games saya tidak terlalu mengagumi penulisnya seperti saya mengagumi JK Rowling, meurut saya Susan Collins belum bias memberikan efek “ Book Hangover “ seperti saat saya membaca buku-buku JK Rowling.

Novel percintaan juga menjadi favorit saya. Saya sudah membaca novel genre itu sejak SMP, tentu saja dimulai dengan yang berlabel Teenlit atau Teen Literature. Buku yang pertama kali saya baca adalah The Princess Diary. Mulai dari buku ini saya mulai mencintai kegiatan membaca. Saya jatuh cinta denga karakter Mia Termopolis di buku itu, menurut saya hidup Mia sangat keren. Mia yang tadinya hanya gadis Sma biasa tenyata adalah seorang keturunan keluarga kerjaan. Hidup Mia yang biasa-biasa saja mulai berubah, dari yang tadinya hanya siswi kuper dan tidak populer di sekolah Mia menjadi gadis paling terkenal di Amerika. Mia dijemput oleh neneknya yang seorang Ratu Genovia (kerajaan dimana Mia berasal) lalu mendandani Mia menjadi lebih cantik. Walaupun Meg Cabot tidak memberikan efek Book Hangover saat saya membaca buku ini, saya tetap menikmati jenis buku seperti ini. Buku bergenre romantic adalah buku yang paling banyak saya miliki, sepupu saya bilang hobi saya ini “ngga banget”, tapi saya tidak perduli karena memang ini hal yang membuat saya senang. Saya mengamini kata-kata dari penulis yang bukunya pernah saya baca, yaitu Because life’s too short to read depressing books.