Sabtu, 11 Oktober 2014

Penerapan Etika Utilitarianisme Pada Bisnis

Etika Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari bahasa Latin yaitu “utilitas”  yang memiliki arti kegunaan. Utilitarianisme adalah sebuah teori yang diusulkan oleh David Hume (1711-1776) untuk menjawab moralitas yang saat itu mulai diterpa badai keraguan yang besar, tetapi pada saat yang sama masih tetap sangat terpaku pada aturan ketat moralitas yang tidak mencerminkan perubahan – perubahan radikal di zamannya.
Kemudian teori ini dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748 – 1832) dan muridnya John Stuart Mill (1806-1873). Secara umum, Etika Utilitarianisme mengenai bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal atau hukum secara moral.

·   Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
1. Manfaat = Kebijaksanaan atau tindakan itu memiliki manfaat atau kegunaan tertentu.
2. Manfaat Terbesar = Kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat besar bila dibandingkan dengan kebijaksanaan atau alternatif lainnya.
3. Manfaat Terbesar bagi sebanyak mungkin Orang = Kebijakan atau tindakan dinilai baik secara moral jika memiliki manfaat terbesar bagi banyak orang. Bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan kebaikan.

·   Nilai Positif Etika Utilitarianisme
1. Rasionalitas, prinsip moral yang diajukan oleh etika utilitarianisme ini tidak didasarkan pada aturan – aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami dan yang tidak bisa kita cari tahu keabsahannya. Justru sebaliknya, utilitarianisme rasional mengapa suatu tindakan dianggap baik.
2. Menghargai kebebasan setiap pelaku moral. Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak sesuai dengan cara tertentu yang mungkin tidak diketahui alasannya mengapa demikian. Jadi, tindakan baik itu diputuskan dan dipilih sendiri berdasarkan kriteria yang rasional dan bukan sekedar mengikuti tradisi, norma atau perintah tertentu.
3. Universalitas, mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu tindakan akan dinilai baik secara moral bukan karena tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar bagi orang yang melakukan tindakan itu, melainkan karena tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar bagi semua orang yang terkait.

·   Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standar Penilaian
1. Etika utilitarianisme digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan, kebijaksanaan atau untuk bertindak. Ia menjadi sebuah metode untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang tindakan atau kebijaksanaan yang akan dilakukan. Dalam wujud pertama ini, etika utilitarianisme dipakai untuk perencanaan, untuk mengatur sasaran dan target yang hendak dicapai.
2. Etika utilitarianisme sebagai standar penilaian bagi tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan. Kriteria ini untuk menilai apakah suatu tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan memang baik atau tidak.

·      Analisis Keuntungan dan Kerugian
Dalam Etika Utilitarianisme, manfaat dan kerugian selalu dikaitkan dengan semua orang yang terkait, sehingga analisis keuntungan dan kerugian tidak lagi semata-mata tertuju langsung pada keuntungan bagi perusahaan.
1. Keuntungan dan Kerugian (Cost and Benefits), yang dianalisis tidak dipusatkan pada keuntungan dan kerugian perusahaan. Perhatikan bagaimana dan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu perusahaan membawa akibat yang menguntungkan dan merugikan bagi kreditor, konsumen, pemasok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan sebagainya.
2. Tidak ditempatkan dalam kerangka uang. Perlu juga mendapat perhatian serius, bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral: hak dan kepentingan konsumen, hak karyawan, kepuasan konsumen, dan sebagainya. Jadi, manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka kesejateraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihak terkait yang berkepentingan.
3. Untuk jangka panjang. Benefits yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah longterm net bisnis.

Kelemahan Etika Utilitarianisme
1. Manfaat merupakan konsep yg begitu luas shg dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit
2. Etika utilitarisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
3. Etika utilitarisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
4. Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
5. Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan proiritas di antara ketiganya
6. Etika utilitarisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas.


Contoh usaha bisnis yang menerapkan etika utilitarianisme
Dari teori utilitarian yang saya baca, teori ini mengatakan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah baik dilakukan jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau masyarakat, maka itu saya akan membahas warung yang berada di dekat rumah saya sebagai contoh bisnis yang menerapkan etika utilitarianisme. Warung yang akan saya bahas ini dimiliki oleh sepasang suami istri, warung ini biasanya disebut “warung Lek Mar” oleh orang sekitar, dulunya warung ini hanya menjual jajanan anak kecil, namun seiring waktu dan berganti pemilik warung ini menyediakan berbagai kebutuhan pokok yang sering dibutuhkan masyarakat. Warung ini adalah toko kelontong yang cukup ramai dikunjungi oleh orang-orang di daerah rumah saya, walaupun warungnya kecil dan kelihatannya tidak lengkap, namun sebenarnya barang-barang yang mereka jual cukup beraneka ragam. Menurut analisa saya keberadaan warung ini cukup memberikan manfaat pada masyarakat sekitar, karena mereka menyediakan barang-barang pokok yang di butuhkan konsumen. Adanya warung Mbak Sari (pemilik warung) ini tentu sangan membantu masyarakat sekitar yang membutuhkan barang-barang pokok dengan segera, lokasinya yang berada di tengah-tengah masyarakat dapat dijangkau dengan cepat, sehingga konsumen yang membutuhkan barang-barang tertentu tidak usah repot-repot untuk pergi kepasar ataupun ke swalayan hanya untuk membeli suatu barang. Selain barang-barang yang dijual, warung Mbak Sari ini juga melayani antar barang, seperti contohnya bila kita memesan air mineral kemasan gallon, kita bisa minta untuk diantar kerumah, sehingga kita tidak perlu repot-repot mengangkat gallon tersebut, menurut saya ini sangat praktis dan membantu. Tidak hanya air mineral gallon, kita juga dapat pesan gas untuk memasak untuk diantar kerumah. Tidak semua konsumen kuat atau bisa untuk membawa air mineral gallon atau tabung gas kerumah, seperti contohnya saja tetangga saya yang seorang manula dan tinggal sendiri, layanan yang diberikan oleh warung Mbak Sari ini tentu sangan membantu. Jadi kesimpulannya, keberadaan warung Mbak Sari ini sangat member manfaat pada masyarakat sekitar.

Referensi
DR. A. Sonny Keraf. 2006. Etika Bisnis. Yogyakarta : Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar