Kamis, 17 April 2014

Sweet Responsibility



Pada suatu siang saya yang biasanya, saya pulang kampus dengan  menggunakan kereta Commuterline sendiri karena tidak ada teman sekelas saya yang satu arah. Siang itu sangat panas dan kering, dalam hati saya berharap bertemu salah seorang teman saya agar tidak terlalu bosan berdiam di kereta, sayangnya harapan saya tidak terjadi. Sesampainya di stasiun UI saya menunggu kereta yang 10 menit kemudian datang kereta jurusan Tanah Abang yang akan saya naiki. Suasana kereta saat siang hari selalu penuh walaupun tidak sesak, dan AC yang sering mati untungnya tidak terjadi siang itu sehingga suasan di dalam gerbong cukup sejuk. Saya berdiri karena tidak ada kursi yang kosong. Saat hampir sampai Stasiun Pasar Minggu ada seorang ibu-ibu yang duduk di depan saya akan turun, melihat ada kesempatan duduk saya cukup senang karena tidak harus berdiri lebih lama lagi, tapi disebelah saya ada seorang ibu, jadilah saya mempersilahkan ibu tersebut untuk duduk. Sesampainya di Stasiun Pasar Minggu saya yang waktu itu menghadap ke jendela melihat sahabat saya hendak menyebrang untuk menaiki kreta yang sama dengan yang saya naiki. Melihat saya akan bertemu dengan sahabat saya sejak SMA tersebut saya sangat senang, karena tidak setiap hari saya bisa pulang bareng dia. Saya tidak menyesal karena memberikan kursi saya pada ibu-ibu yang disebelah saya tadi, karena kalo saya tidak memberikannya, bagaimana saya tau kalau saya akan segerbong dengat sahabat saya.
Bagi saya arti seorang sahabat itu sangat penting. Setelah keluarga sahabat adalah orang yang paling dekat dengan kita. Menurut saya sangat menyedihkan jika ada orang yang tidak punya sahabat, karena dia tidak punya orang yang dapat dipercaya untuk berbagi rahasia dan perasaannya. Arti seorang teman berbeda dengan sahabat menurut saya. Teman biasanya selalu berkata yang baik-baik walaupun sebenarnya itu tidak baik untuk kita, tapi seorang sahabat akan dengan tegas berkata tidak untuk sesuatu yang memang tidak sesuai dengan kita. Sahabat tau segalanya tentang kita. Mereka ingat film, warna, dan segalanya tentang kita. Mereka tau saat kita punya hari yang buruk hanya dari cara bicara kita di SMS dan tau bagaimana menghibur kita. Bagi saya memiliki sahabat adalah pengalaman yang paling manis dan berarti. Saya hanya tidak bisa membayangkan bagaimana hidup tanpa sahabat-sahabat saya. Kalau kata Khalil Gibran “Friendship is always a sweet responsibility, never an opportunity”. Yeah, they are my sweet responsibility.


Keluarga Rame



Keluarga adalah institusi pendidikan pertama yang dimasuki oleh anak. Sebelum kita berpartisipasi dengan dunia luar, keluarga lah yang mempersiapkan kita atas apa yang kemungkinan akan terjadi. Keluarga kecil saya terdiri dari tiga orang sekarang, karena bapak saya sudah tidak ada semenjak saya SD, sungguh kebetulan yang sangat tidak menyenangkan saat Tsunami Aceh terjadi bapak saya sedang berada di ujung Pulau Sumatra tersebut. Sekarang hanya tinggal mamah, kakak saya Ega, dan saya Rara. Walaupun kami hanya bertiga kami tidak merasa kesepian karena kita melengkapi satu sama lain. Saya tinggal tidak jauh dari rumah Eyang saya, dirumah eyang saya tersebut tinggal tiga orang tante, dan tiga orang sepupu saya. Sebenarnya sepupu saya ada banyak, hanya saja sekarang kami tidak tidak tinggal berdekatan seperti dulu. Waktu acara keluarga adalah saat yang paling menyenangkan karena semua Oom dan tante saya berkumpul begitu juga dengan sepupu saya yang berjumlah belasan orang, rumah eyang saya akan sangat ramai dengan cerita-cerita seru, canda dan tingkah jahil beberapa orang yang membuat tertawa ataupun jengkel. Acara yang wajib pasti adalah sesi foto-foto, momen ini lebih riuh daripada saat mengnatre mengambil makanan. Semua orang berebut agar wajah mereka ikut tertangkap lensa kamera. Senyum lebar, muka meringis, pose jelek, dan napas tertahan saat gambar diambil, bahkan kadang protes karena yang memegang kamera terlalu lama menekan tombol shutter, kata-kata seperti “ Woy..buruan dong, kering gigi gue nyengir mulu “ yang diamini oleh sepupu-sepupu yang sudah mematung tapi tak kunjung di foto, dan malah dibalas dengan cengiran oleh sang fotografer gadungan. Moment keluarga seperti inilah yang selalu menjadi favorit saya, momen yang membuat rindu karena tidak setiap hari kita bertemu. Keluarga sangat berarti bagi saya, karena kemanapun saya pergi saya akan selalu rindu rumah, rindu keluarga saya. Being a family means you are a part of something very wonderful. It means you will love and be loved for the rest of your life, dan ya, kutipan tersebut merupakan ungkapan yang tepat tentang arti keluarga, untuk saya.

Baca, saya suka Membaca



Hallo.. nama saya Mutiara tapi teman-teman biasa panggil saya Rara. Hobby saya baca buku, khususnya yang bergenre petualangan dan romance. Saya rasa anda sering atau pernah melihat gambar-gambar yang berisi kutipan “Book hangover: Inability to start a new book because you’re still living in the last book’s world” , untuk saya kutipan ini benar-benar pernah terjadi. Buku yang paling berkesan menurut saya adalah seri Harry Potter, JK Rowling benar-benar sangat hebat dalam meceritakan kisah Harry dan teman-temannya, setiap detail, waktu, dan tempat benar-benar memukau saya yang waktu itu masih duduk di bangku SMA (iya ,saya telat baru baca bukunya setelah filmnya keluar). Walaupun saya sudah menonton film sebelum membaca bukunya, saya tetap penasaran akan jalan cerita kisah-kisah Harry potter, detail ceritanya sangat memanjakan imajinasi saya, sampai-sampai saat saya tidur, saya memimpikan adegan-adegan yang ada di buku. Setelah serial Harry Potter, saya juga membaca novel-novel yang sudah di filmkan seperti tetralogi The Hunger Games contohnya, menurut saya film selalu lebih sedikit berbeda dengan bukunya, untuk orang yang hoby membaca buku seperti saya, buku akan selalu lebih seru dibanding filmnya. Untuk cerita-cerita fiksi petualangan yang paling saya suka sampai saat ini memang masih JK Rowling, dia benar-benar hebat dalam bercerita, dan saya sangat suka dengan setiap detail yang dia ceritakan, walaupun saya juga menyukai serial The Hunger Games saya tidak terlalu mengagumi penulisnya seperti saya mengagumi JK Rowling, meurut saya Susan Collins belum bias memberikan efek “ Book Hangover “ seperti saat saya membaca buku-buku JK Rowling.

Novel percintaan juga menjadi favorit saya. Saya sudah membaca novel genre itu sejak SMP, tentu saja dimulai dengan yang berlabel Teenlit atau Teen Literature. Buku yang pertama kali saya baca adalah The Princess Diary. Mulai dari buku ini saya mulai mencintai kegiatan membaca. Saya jatuh cinta denga karakter Mia Termopolis di buku itu, menurut saya hidup Mia sangat keren. Mia yang tadinya hanya gadis Sma biasa tenyata adalah seorang keturunan keluarga kerjaan. Hidup Mia yang biasa-biasa saja mulai berubah, dari yang tadinya hanya siswi kuper dan tidak populer di sekolah Mia menjadi gadis paling terkenal di Amerika. Mia dijemput oleh neneknya yang seorang Ratu Genovia (kerajaan dimana Mia berasal) lalu mendandani Mia menjadi lebih cantik. Walaupun Meg Cabot tidak memberikan efek Book Hangover saat saya membaca buku ini, saya tetap menikmati jenis buku seperti ini. Buku bergenre romantic adalah buku yang paling banyak saya miliki, sepupu saya bilang hobi saya ini “ngga banget”, tapi saya tidak perduli karena memang ini hal yang membuat saya senang. Saya mengamini kata-kata dari penulis yang bukunya pernah saya baca, yaitu Because life’s too short to read depressing books.